Proposal penelitian siswa Madrasah Aliyah Swasta (MAS) Darul Ulum Yayasan Pembinaan Umat Islam (YPUI) Banda Aceh berhasil melaju ke tahap Presentasi Proposal Festival Madrasah Young Researchers Aceh (FEST MYRA) Tahun 2025.
Proposal yang berfokus pada inovasi teknologi digital dan sains ini menempatkan karya tersebut sebagai salah satu dari 20 karya terbaik yang berhasil menembus babak Semifinal.
Penelitian yang diusung oleh siswa kelas XI Carisa Paramita Ilsa, Fawzana Rizqiya, dan Aura Al-Syifa, bertajuk “Inovasi Penggunaan Sensor Smartphone (Phyphox dan AI) pada Percobaan Penentuan Konstanta Elastisitas Pegas”. masuk dalam Kategori Matematika, Sains, dan Pengembangan Teknologi.
Penelitian ini coba memberikan solusi terhadap tantangan klasik dalam pembelajaran Fisika: ketersediaan peralatan laboratorium yang seringkali mahal dan rumit. Para peneliti mengusulkan model praktikum yang memanfaatkan sensor akselerometer pada ponsel pintar melalui aplikasi Phyphox.
Model ini secara efektif mengubah perangkat yang dimiliki siswa menjadi laboratorium mini yang mudah diakses dan terjangkau. Kebaruan riset ini melangkah lebih jauh dari sekadar pemanfaatan smartphone. Data osilasi Gerak Harmonik Sederhana (GHS) yang direkam kemudian diolah menggunakan teknologi Kecerdasan Buatan (AI), seperti platform Google Gemini atau ChatGPT.
Tujuannya adalah mencoba mengembangkan praktikum fisika di MA dan membandingkan tingkat akurasi dan efisiensi analisis data yang dilakukan oleh AI dalam menentukan konstanta elastis pegas (k) dengan metode perhitungan manual.
Penelitian ini secara hipotesis meyakini bahwa AI akan secara signifikan meningkatkan akurasi dan efisiensi, sejalan dengan upaya madrasah dalam merespons tantangan riset berbasis teknologi cerdas.
Samsul Bahri, S.Pd, selaku Pembimbing dan juga Humas MA Darul Ulum YPUI Banda Aceh, menyampaikan bahwa lolosnya proposal ini menjadi bukti nyata komitmen madrasah dalam meningkatkan literasi sains dan kemampuan inovasi digital siswa.
Setelah berhasil pada fase seleksi proposal, peneliti kini sedang bersiap mengikuti tahap Presentasi Proposal yang akan digelar secara virtual pada Selasa, 30 September 2025.
Di babak ini, keberhasilan mereka tidak lagi ditentukan oleh kompleksitas penelitian, melainkan oleh kemampuan komunikasi. Mereka harus mempersiapkan presentasi yang ringkas dan padat, berdurasi hanya lima (5) menit tanpa sesi tanya jawab untuk mempertahankan rencana riset mereka di hadapan dewan juri.
Dengan waktu singkat dan format virtual, tantangan terbesar bagi para peneliti muda ini adalah bagaimana meyakinkan dewan juri bahwa inovasi smartphone mereka bukan sekadar ide, melainkan sebuah solusi nyata yang murah, mudah, dan akurat, serta siap mentransformasi metode praktikum fisika di madrasah di masa depan []