Pembina YPUI dan Kepala Madrasah berikan Apresisiasi.
Banda Aceh, 20 November 2025 – Tim peneliti Madrasah Aliyah (MA) Darul Ulum YPUI Banda Aceh mempresentasikan hasil riset di hadapan dewan penguji Festival Madrasah Young Researchers Aceh (FEST MYRA) 2025.
Penelitian yang berfokus pada Pengembangan modul pembelajaran Fisika yang mengintegrasikan sensor smartphone Phyphox dan Kecerdasan Buatan (AI). Peneliti berhasil mendesain dan mengembangkan Modul berbasis digital yang sangat efektif sebagai solusi praktikum dengan berbiaya rendah (low-cost) serta berpotensi mentransformasi metode pembelajaran Fisika di madrasah.
Riset yang dipaparkan oleh tiga siswi—Carisa Paramita Ilsa, Aura Al-Syifa, dan Fawzana Rizqiya— yang bimbing oleh bapak Samsul Bahri, M.Pd., ini berfokus pada judul “Inovasi Penggunaan Sensor Smartphone (Phyphox dan AI) untuk Penentuan Konstanta Elastisitas Pegas.”
Sesi ujian dengan tim juri berlangsung selama 25 menit (pukul 11.25–11.50 WIB), di mana dewan penguji berupaya menggali detail metodologi dan potensi implementasi inovasi secara mendalam. Dewan penguji, Dr. Ichwana (USK) dan Prof. Dr. Ilham Maulana, mempertanyakan validitas sensor low-cost serta peran AI dalam pemahaman konsep.
Modul ini menawarkan solusi digitalisasi praktikum fisika klasik, menjadikannya sangat hemat biaya dan mudah diakses. Aplikasi Phyphox digunakan untuk akuisisi data sensor smartphone secara presisi, sementara AI berfungsi sebagai Asisten Analitik Digital (Analytical Assistant) untuk visualisasi dan analisis data real-time.
Prof. Dr. Ilham Maulana mempertanyakan jaminan akurasi sensor akselerometer smartphone setara dengan alat lab standar. Tim peneliti Darul Ulum menjelaskan bahwa penggunaan sensor memang tidak memberikan jaminan akurasi setara pengukuran di laboratorium standar. Namun, berdasarkan sejumlah penelitian relevan sebelumnya, telah dibuktikan bahwa penggunaan sensor sebagai media pembelajaran memiliki validitas yang sangat baik asalkan dilakukan kalibrasi dan penggunaan penyangga kokoh untuk meminimalkan noise.
Mengenai AI, mereka menekankan bahwa perannya adalah sebagai Analytical Assistant yang mempercepat proses analisis, bukan semata-mata alat hitung instan. Metode ini, klaim tim, memberikan siswa waktu lebih untuk inkuiri dan diskusi, yang pada akhirnya berhasil menghasilkan rata-rata pemahaman konseptual siswa yang melampaui standar.

“Kemampuan tim peneliti memberikan klarifikasi yang cerdas membuktikan bahwa mereka tidak sekadar menghafal, melainkan memahami esensi inovasi. Kami bangga karena penelitian ini berhasil menjadi fondasi nyata digitalisasi pembelajaran madrasah, terutama dalam menyediakan alternatif praktikum yang terjangkau,” ujar Kepala MA Darul Ulum, Marriani, S.Ag., MA.
Inovasi Phyphox-AI ini memiliki prospek tinggi untuk dikembangkan dalam skala yang lebih luas, terutama karena relevansinya dalam menyediakan modul praktikum yang efisien dan low-cost di tengah tren digitalisasi.
“Inovasi ini adalah bukti nyata bahwa siswa madrasah mampu bersaing di era digital. Dukungan penuh dari yayasan akan terus diberikan agar riset transformatif seperti ini dapat berkelanjutan,” tutup Dr. H. Ibnu Sa’dan, M.Pd., selaku Pembina YPUI.